Pagi hari Sabtu (30/10), Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek L menggelar acara Maulid Nabi Muhammad Saw, meski sebelum acara dimulai hujan sempat mengguyur atap suci Komplek L, namun hal itu bukan suatu hambatan bagi para santri untuk tetap antusias mempersiapkan segala hal demi kelangsungan suksesnya acara.
Acara maulid Nabi ini merupakan acara puncak dari rangkaian kegiatan maulid yang telah dilaksanakan oleh santri-santri Komplek L beberapa hari lalu, terhitung sejak hari Jum’at sampai Ahad (tanggal 15-17 Oktober) yang laksanakan pada malam hari ba’da Maghrib di majelis bloknya masing-masing. Hingga pada acara puncak ini seluruh santri Komplek L berkumpul di Mushala Al-Mubarak untuk mengikuti pembacaan Simthud Duror dengan penuh khidmat dan hormat.
Kegiatan di mulai pada pukul 09.00 bersamaan dengan iringan lantunan bait-bait shalawat yang dibawakan oleh kelompok hadroh santri Komplek L. Acara puncak Maulid ini dihadiri oleh Pengasuh PP. Al-Munawwir Komplek L, KH. M. Munawwar Ahmad dan para Habaib, yaitu Habib Musthafa Sayyidi Baraqbah, Habib Umar bin Quthban, Habib Abdullah As-Segaf, dan tamu undangan.
Sebelum pembacaan maulid Simthud Duror dimulai, Habib Musthafa Sayyidi Baraqbah memberikan intermezzo singkat yang perlu disampaikan, beliau ungkapkan sebuah bait syair yang terdapat dalam kitab maulid Simthud Duror, bahwa ada 4 jenis golongan umat Nabi Muhammad Saw. yaitu:
Pertama, (يا رب صل على محمد * واله وَمَنْ بِالنَّبِيِّ تَعَلَّقْ) yaitu orang yang memiliki hubungan kuat dengan Rasulullah Saw. Orang-orang ini termasuk pada golongan pertama yang mendapatkan kemuliaan dari Nabi Muhammad setelah keluarganya Nabi.
Kedua, (يا رب صل على محمد * واله وَمَنْ لِلْحَبِيْبِ يَعْشَقْ) yaitu orang yang benar-benar rindu kepada Rasulullah Saw. Orang-orang ini termasuk pada golongan kedua yang sebatas memiliki kerinduan kepada Rasulullah tanpa adanya suatu ikatan dengan Nabi.
Ketiga, (يا رب صل على محمد * وَمَنْ بِحَبْلِ النَّبِيِّ تَوَثَّقْ) yaitu orang-orang yang berpegang teguh pada tali syari’at Nabi Muhammad Saw. Orang-orang ini termasuk golongan ketiga yang sehari-harinya hanya menjalani syari’at ibadah semata.
Keempat, orang-orang yang sama sekali tidak memiliki suatu ikatan, kerinduan, dan tali syari’at kepada Rasulullah Saw. Golongan keempat inilah yang oleh Habib Sayyidi sangat dihindari, beliau berdoa semoga kita semua bukan termasuk pada golongan ini. Amiin.
Adapun pembacaan Maulid Simthud Duror dipimpin langsung oleh Habib Musthafa Sayyidi Baraqbah. Qari-qari (para pembaca)maulid pula dibacakan oleh para habaib termasuk pula pengasuh Komplek L yang berada di majelis maulid. Pembacaan maulid pun berlangsung lama, gemuruh lantunan shalawat memecah keheningan Mushala dan sekitarnya, terdengar sorak santri-santri bergema di saat pembacaan maulid memasuki bait-bait indah yang dilantunkan oleh Habib Sayyidi.
Setelah segmen mahalul qiyam selesai, Habib Sayyidi melanjutkan penjelasan yang disampaikan di awal majelis, bahwa Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsy (penyusun maulid Simthud Duror) membagi tiga jenis golongan umat Nabi Muhammad Saw. sebagaimana yang tertuang dalam bait muqadimah (bari ke-10) serta golongan keempat yang sama sekali tidak disebut Habib Ali.
“Saya akan jelaskan suatu contoh (kisah) satu-persatu dari keempat golongan tersebut”. Lanjut Habib Sayyidi dalam Mau’idzahnya.
Golongan pertama, orang-orang yang memiliki ikatan kuat dengan Rasulullah Saw. Habib Sayyidi mencontohkan sahabat Abu Bakar, dikatakan setelah sepeninggalnya Rasulullah, Abu Bakar bila saat berbicara dari mulutnya tercium bau Sate (daging panggang), banyak ulama yang mengartikan bahwa hati beliau terbakar karena berpisah dengan Nabi Muhammad Saw.
Terbukti dalam suatu riwayat setiap kali Abu Bakar mendengar suara adzan, saat di lafadz Ayshadu Anna Muhammadar-Rasulullah, beliau meniup ibu jarinya lalu mengusapkannya pada kedua matanya sambil berkata: مَرْحَبًا بِسَيِّدِيْ وَحَبِيْبِيْ وَقُرَّةِ عَيْنِيْ مُحَمَّدْ ﷺ . Maksud Abu Bakar ialah bila mata ini tidak bisa berjumpa dengan Rasulullah, minimal mata ini bersentuhan dengan nama yang telah disebutkan tadi, yakni Muhammad Saw.
“Hal ini merupakan derajat ta’alluq yang luar biasa, sampai Rasulullah bersabda: ما قبلكم ابو بكر بكثرة صلاة ولا صيام ولكن بشيئ وقر في قلبه (Abu Bakar tidak lebih mulia dari kalian semua karena banyaknya shalat ataupun puasa, akan tetapi ada sesuatu yang bersemayam di dalam hatinya” Ucap Habib Sayyidi.
Ada yang mengatakan yang dimaksud sesuatu dalam hatinya adalah iman, versi lain mengatakan mahabbah Rasulullah Saw. Bahkan dikala Rasulullah membutuhkan dana untuk berdakwah, Abu Bakar merupakan orang yang terdepan membantu dan tidak peduli hartanya habis. “Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?” tanya Nabi Saw. “saya telah menyisakan dua perkara untuk keluargaku, yaitu Allah dan Rasul-Nya” Jawab Abu Bakar.
Golongan kedua, orang yang memiliki kerinduan dengan Rasulullah Saw. Dialah Tsauban bin Bujdad, pelayan Rasulullah. Suatu ketika Tsauban bingung dan akhirnya ditanya oleh Nabi, lalu dia mengungkapkan kebimbangannya, “Wahai Nabi, semisal saya masuk surga, saya khawatir tidak dapat berjumpa denganmu lagi sebab surga engkau dan surga saya berbeda tingkatan, dan jika saya masuk neraka, niscaya sama sekali saya tidak akan berjumpa denganmu selama-lamanya” Keluh Tsauban.
Poin penting dalam kisah di atas adalah dalam hati Tsauban ia hanya terlintas bagaimana caranya berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw. Inilah orang-orang yang sangat merindukan Rasulullah Saw. di setiap waktunya.
Golongan ketiga, orang yang memegang teguh syariat Nabi Muhammad Saw. Habib Sayyidi menjelaskan beberapa sahabat Nabi ada yang hanya memegang syariat Nabi, artinya menjalankan Shalat 5 waktu, Puasa, Zakat, dan Haji. Kata Nabi orang yang menjalankan syariat-syariat Islam semuanya akan masuk surga.
Golongan keempat, golongan terakhir ini adalah orang yang tidak memegang tali syariat Nabi, tidak memiliki kerinduan kepada Nabi, terlebih memiliki ikatan dengan Rasulullah Saw. Golongan ini adalah golongan yang telah melepas dengan Nabi Muhammad Saw. naudzubillah min dzalik.
“Semoga kita semua tidak termasuk pada golongan yang seperti ini, Amiin.” Ucap Habib Sayyidi dalam segmen penutupnya.
Acara maulid Simthud Duror ditutup dengan pembacaan doa oleh Habib Umar bin Quthban, setelah qari maulid terakhir yaitu Habib Abdullah As-Segaf. Dengan ditutupnya doa maulid, maka berakhir pula pembacaan maulid di PP. Al-Munawwir Komplek L, kemudian disambung dengan makan bersama sebagai penutup dari acara puncak Maulid Nabi Muhammad Saw 1443 H.