Kiai Ali Maksum, atau kerap disapa Mbah Ali, adalah tokoh penting dalam perkembangan Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Beliau sendiri adalah menantu K.H. Munawwir sekaligus menjadi penerusnya.
Pada tahun ini, kita akan memperingati haul K.H. Ali Maksum yang ke-37. Biografi dan keutamaan Mbah Ali sudah banyak dituliskan. Oleh karena itu, kita akan tuliskan ulang anekdot santri Mbah Ali dan pohon kelapa. Kisah singkat yang lucu, tapi menggugah perasaan dan kaya akan kritik.
***
Di antara sekian banyak santri Mbah Ali Maksum, tentu banyak yang baik, namun ada juga yang nakal.
Dahulu ketika Mbah Ali masih di Rumah Selatan, tepatnya di depan rumah sebelah timur ada pohon kelapa. Malam itu santri berinisial AH dan AK sepulang mengisi pengajian ngodama di kampung kira-kira pukul 01.00 dini hari baru tiba di pondok.
Toleh kanan, toleh kiri, kok sepi, keduanya sepakat memanjat kelapa. Sampai di atas, AK mengambil satu lalu dijatuhkan. Tiba-tiba, ada orang nongkrong di bawah. Melihat perawakannya jelas itu mirip Kyai (Mbah Ali).
Sudah ditunggu lama, AK bergumam, “Tapi kenapa nggak pergi-pergi?”
Genap satu jam di atas pohon, Mbah Ali merasa kasihan, lalu masuklah beliau ke rumah. Sampai di bawah AK bertemu AH. Dengan nada marah ia berkata, “Kenapa kau nggak jadi beri kode?”
“Mana bisa, wong mbah Ali tahu-tahu sudah di depan pintu. Saya lari.”
“Apa beliau ngerti di atas ada orang?” selidik AK.
“Ya jelas, wong beliau bangun itu karena dengar kelapamu jatuh. Dan itu kenapa sarungmu basah?”
“Diam saja! Gak kuat nahan. Bocor! Bocor!” sambil memasang muka masam.
***
Sumber: Buku Mbah Ali dalam Facebook (2014)
 
	
 
						
										