Oleh : Tim Redaksi
Perbedaan pendapat mengenai “mana yang harus didahulukan antara adab atau ilmu?” menjadi kajian yang menarik, pasalnya setiap ulama memberikan jawaban dan argumen yang berbeda. Penting bagi seorang penuntut ilmu untuk mengkaji dua hal tersebut. Semoga tulisan ini bisa mencerahkan pemahaman saudara mengenai adab dan ilmu.
Dalam pengajian di bulan ramadhan Buya Hafidz berpendapat, “antara adab dengan ilmu itu lebih didahulukan ilmu karena seseorang membutuhkan ilmu untuk beradab, seperti ilmu adab ketika sholat, zakat, dan lain lain. Selain itu, berapa banyak orang di luar sana yang ingin sowan kyai, tetapi belum terwujud karena mereka tidak mempunyai ilmu tata cara sowan. Jadi, ketika kita beradab pun membutuhkan ilmu”.
“Puncak dari ilmu ialah adab”, tutur Buya Hafidz. Beliau menegaskan bahwa semakin berilmu seseorang, maka adabnya semakin tinggi sehingga ketika kita menemukan seseorang yang berilmu, tetapi tidak memiliki adab, bisa jadi seseorang tersebut ilmunya sedikit atau masih berada di bawah (pemula).
Di media sosial kita sering melihat vidio seorang ulama yang ingin mencium tangan ulama lain ketika bersalaman, bahkan keduanya saling berebut untuk mencium tangan ulama yang bersalaman dengannya. Tradisi ini merupakan suatu kebiasaan ulama sebagai adab bersalaman kepada orang yang lebih tua atau berilmu untuk mengalap keberkahan. Hal ini juga dilakukan sebagai bentuk ketawadhuan ulama yang merasa ilmunya lebih sedikit dibandingkan dengan ilmu ulama yang bersalaman dengannya. Begitulah adab seorang yang memiliki ilmu. Para ulama tersebut sudah berada di puncak dari pada ilmu, yaitu menerapkan adab.
Selaras dengan pendapat Buya Hafid, hal yang serupa pernah di sampaikan oleh Gus Baha. Beliau mengatakan, “Seseorang yang ingin beradab harus membutuhkan ilmu. Semisal saja ada seorang perempuan yang terlalu lemah lembut terhadap laki-laki, maka itu kurang baik”. Oleh karena itu, untuk sopan santun pun membutuhkan ilmu supaya bisa digunakan di waktu dan tempat yang tepat.
“Orang yang beradab sudah pasti berilmu, sedangkan orang yang berilmu belum tentu beradab”. Kalimat di atas memiliki makna bahwa ketika ada seseorang yang beradab maka sudah dipastikan dia memiliki ilmu karena dia mengetahui bahwa adab itu penting dan dia tidak mungkin bisa beradab tanpa didasari ilmu, sedangkan orang yang berilmu belum tentu beradab, hal ini bisa terjadi ketika seseorang tersebut hanya memiliki ilmu yang banyak, tetapi tidak didasari dengan adab.
Pendapat yang berbeda kita temui di dunia pendidikan. Kita sering mendengar bahwa adab lebih penting dari ilmu karena dunia pendidikan lebih mendahulukan adab dibanding ilmu. Membuat orang benar menjadi pintar itu mudah, sedangkan membuat orang pintar jadi benar itu sulit karena mereka akan menggunakan ilmunya untuk membela apa yang dia perbuat sekalipun itu salah dan orang yang seperti ini bisa membuat kerusakan yang lebih besar apabila tidak ditangani.
Di dunia pendidikan, adab menjadi pintu untuk mendapatkan keberkahan dari sebuah ilmu dan dengan adab ilmu kita dapat terjaga. Sebanyak apa pun ilmu yang kita miliki akan menjadi sia-sia apabila kita tidak beradab. Tidak heran apabila di dunia pendidikan adab menjadi hal yang didahulukan dan diutamakan.
Tujuan dari pendidikan sendiri, yaitu membentuk adab sopan santun. Dengan demikian, segala hal yang berkaitan dengan pendidikan harus ada kaitanya pula dengan adab. Setiap guru wajib mengajarkan adab kepada murid. Sementara itu, guru juga berperan sebagai contoh yang akan ditiru, ya namanya juga guru: digugu dan ditiru.
“Guru kencing sambil berdiri maka murid kencing sambil berlari” merupakan pepatah yang tepat sebagai bentuk dorongan agar para guru selalu melakukan kebaikan, memberi contoh dengan melakukan hal baik jauh lebih mudah diterima oleh siswa dibanding dengan menyampaikan hal baik, antara penyampaian dan tindakan dari seorang guru harus sesuai.
Keadaban, keilmuan, dan kepemimpinan. Tiga prinsip ini yang menjadi tahap bagi seorang murid dalam menempuh pendidikan di lingkungan pesantren, sebelum melakukan kepemimpinan seseorang harus memiliki ilmu terlebih dahulu dan sebelum berilmu seseorang harus memiliki adab terlebih dahulu karena dengan adab seseorang itu dimuliakan dan dengan adab pula seseorang itu bisa memuliakan orang lain.