Pesantren lagi, pesantren lagi. Jujur, ironis rasanya melihat berbagai framing yang menyebutkan bahwa lembaga pendidikan ini begitu terkesan jahat terhadap para santri. Berbagai tindak pidana diberitakan secara masif dalam beberapa waktu terakhir. Pemberitaan ini seakan membunuh karakter pesantren dan mengubah imejnya menjadi wadah pendidikan yang bermasalah. Tentunya melihat fakta dari permasalahan yang terjadi, para penyelenggara dan pemangku kebijakan terkait pesantren harus melakukan evaluasi supaya peristiwa-peristiwa kelam tersebut tidak terulang. Dalam babak ini, masyarakat perlu menyoroti juga merebaknya pondok pesantren abal-abal yang di dalamnya para SDM-nya tidak memiliki kualifikasi ilmu agama yang mumpuni. Akibatnya, pondok pesantren hanya menjadi tempat yang berkonotasi negatif sebab ketidakprofesionalan dari para pengelola di dalamnya.
Padahal dalam pandangan saya, pesantren merupakan tempat yang menyenangkan dalam perjalanan hidup untuk menggali ilmu pengetahuan terkhusus ilmu agama dan untuk mengeksplorasi diri. Mulai dari belajar akhlak mulia yang dicontohkan para kiai, belajar berbagai kitab-kitab kuning, mengenal banyak teman yang berbeda (baik dari karakter, watak, suku, serta latar belakang), dan seabrek manfaat lain yang tidak bisa disebutkan. Intinya berada di dalamnya menjadi sebuah berkah dan membuat hati tenang rasanya. Bukan hanya itu, sampai saat ini peran pesantren begitu besar dalam perjalanan Indonesia. Alumni pesantren mampu berkontribusi dalam masyarakat lewat dalam ragam profesi yang dijalani bahkan yang tertinggi pernah menduduki jabatan Presiden Republik Indonesia. Semua ini bisa didapatkan, terutama jika menginginkan menjadi santri yang berkualitas. Maka kita perlu mengetahui mana pesantren yang benar-benar tepat dan menjadi ruang yang menggembirakan bagi para santri bukan malah sebaliknya, jadi tempat yang toxic. Dalam mencari pondok pesantren terdapat beberapa tips yang bisa diperhatikan, di antaranya:
Pertama, cari pesantren yang memiliki sanad keilmuan jelas
Aspek ini merupakan bagian yang fundamental. Di era disrupsi seperti saat ini, betapa mudahnya kita menemukan sosok ustadz yang dianggap sangat pintar. Kemampuannya dalam berbicara sangat mengagumkan. Namun, hal ini perlu kita validasi dengan sanad keilmuan yang diperolehnya. Dari siapa dia mendapat ilmu? Dimana tempat belajarnya dulu? sebab sanad keilmuan ini menunjukkan pentingnya otoritas dalam berilmu agama. Terutama agar para pengajar yang berada di pondok pesantren memiliki paham yang benar sebab memiliki guru yang membimbingnya dalam ilmu agama.
Kita semua perlu mengetahui, apakah pendiri dan pengajar pondok pesantren yang dipilih memiliki sanad keilmuan yang jelas? Apakah ilmu yang diajarkan di dalamnya merupakan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh para guru-guru dan tersambung ke Rasulullah? Atau hanya otodidak semata tanpa pernah bermuwajahah langsung dengan gurunya?
Dalam aspek ini, contoh sanad keilmuan yang jelas terdapat di Pondok Pesantren Krapyak. Silakan dicek melalui link di bawah:
Sanad Lengkap Perjalanan Intelektual Qurani Simbah Kyai Munawwir Krapyak – Gus Hilmy
Dalam keterangan tersebut, disebutkan sanad keilmuan Al-Qur’an milik KH. M. Moenawwir atau Mbah Moenawwir melalui guru-guru beliau tersambung sampai Rasulullah SAW. Oleh karena itu, tidak heran bahwa beliau bisa mencetak para santri yang alim serta mumpuni dalam ilmu Al-Qur’an dan tersebar di seluruh nusantara. Hal ini karena ilmu yang didapatkan beliau tidak sembarangan. Metode pengajaran Al-Qur’an di Krapyak sampai saat ini mampu menjadi contoh nyata dari pentingnya sanad keilmuan. Selain Krapyak, banyak pesantren besar lainnya seperti Lirboyo, Tambakberas, Kempek, Sidogiri, Ploso, dan lainnya yang memiliki sanad keilmuan tersambung juga hingga Rasulullah SAW. Urgensi dari sanad keilmuan ini dapat dilihat juga dari sebuah cerita yang sangat masyhur. Tokoh ulama seperti Imam Bukhari yang terkenal sebagai ahli hadis ternyata mempunyai guru yang berjumlah 1.080 ulama sehingga beliau sangat hati-hati dalam membuat kitab dan menyebarkannya kepada masyarakat.
Kedua, telaah lebih jauh pondok pesantren melalui masyarakat sekitar maupun jejaring alumni
Ketika ingin memilih sebuah pondok pesantren, kita harus mengecek lebih detail mengenai pondok pesantren itu sendiri. Salah satunya melalui pandangan masyarakat sekitar dan jejaring alumni yang ada. Dua aspek ini menjadi sangat penting karena jika meninjau jejak pondok pesantren yang bermasalah, terkadang mereka memiliki problem dengan masyarakat sekitar. Mulai dari jarang bersosialisasi sampai tindakan lain yang tentunya bertentangan dengan nilai-nilai dari pesantren sendiri sebagai lembaga yang bersifat inklusif. Selain itu, jejaring alumni pesantren juga menjadi aspek vital yang harus ditelaah lebih jauh. Jejaring alumni dari sebuah pesantren dapat menjadi gambaran dari kualitas sebuah pesantren.
Sepak terjang alumni biasanya sangat luar biasa. Banyak alumni pondok pesantren terjun di berbagai profesi di masyarakat mulai dari pendakwah, pedagang, pejabat pemerintahan, dan sebagainya. Hal ini bisa menjadi sebuah cermin dalam memilih pondok pesantren. Biasanya pondok pesantren yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas juga di berbagai profesi. Selain itu, biasanya santri memiliki prinsip ‘’santri itu tidak akan ada bekasnya’’, maksudnya bahwa sekalipun dia telah keluar dari pondok pesantren, mereka tetap seorang santri yang akan takzim dan taat kepada guru-guru di pesantrennya. Jejaring alumni biasanya tetap aktif meskipun sudah berada di luar pesantren. Mereka biasanya tetap mengadakan berbagai kegiatan antar alumni seperti pengajian, mendukung acara-acara dan pembangunan di pesantren, silaturahmi rutin dengan para kiai, sampai membuat wadah untuk masyarakat umum apabila ingin mengetahui tentang pondok pesantren baik lewat tutur tular maupun melalui media sosial.
Ketiga, perhatikan jadwal kegiatan dan sarana prasarana di pesantren;
Jangan lupa juga, cek kembali jadwal kegiatan dari pondok pesantren yang akan dipilih. Biasanya pondok pesantren memiliki jadwal yang teratur dengan berbagai kajian ilmu agama yang komprehensif mulai dari Al-Qur’an, fiqih, tasawuf, tauhid, dan sebagainya. Tidak hanya itu, biasanya pesantren tetap memfasilitasi santri tidak hanya mengaji namun dengan kegiatan seperti ekstrakurikuler baik di bidang seni, olahraga, kepenulisan, dan lain-lain. Jika pondok yang dituju tidak terlalu memperhatikan aspek ini, bisa jadi memang lembaga tersebut belum siap dalam mengajar para santri sehingga perlu ditinjau ulang.
Selain itu, perlu diperhatikan juga yaitu sarana dan prasarana penunjang kegiatan. Bagaimana mungkin seorang santri bisa tidur dengan nyenyak apabila bangunan pesantren ternyata atapnya bocor? atau tidak memiliki jam khusus belajar? Atau tidak memiliki sarana penunjang pengajian yang baik? Semua ini harus menjadi perhatian sebab para santri biasanya akan nyaman jika memiliki jadwal kegiatan yang teratur serta di dalam pesantrennya memiliki berbagai sarana dan prasarana yang bisa menunjang kemampuan mereka.
Terakhir, cek izin pesantren melalui laman Kementerian Agama
Tidak hanya aspek-aspek di atas, izin pesantren juga harus diperhatikan oleh semua kalangan. Pesantren yang tidak memiliki izin tentunya akan sangat beresiko, terutama ketika ada sebuah persoalan hukum. Kita harus mengecek apakah sebuah pesantren sudah memiliki izin yang sah dan diakui negara dalam pendiriannya. Jalan ini sebagai upaya dalam mengantisipasi apabila lembaga pendidikan mengalami sebuah hal yang tidak diinginkan sehingga harus dicek izinnya melalui Kementerian Agama Republik Indonesia.
Untuk mengecek izin pesantren, dapat diakses di sini:
Pangkalan Data Pondok Pesantren (kemenag.go.id)
Empat tips di atas saya rasa sudah cukup supaya kita bisa berhati-hati dalam menentukan pilihan. Ke depan, bagaimana pun pondok pesantren akan selalu mewarnai perjalanan bangsa Indonesia. Pondok pesantren terbukti sebagai sistem yang relevan sampai sekarang dan sepanjang kehadirannya akan selalu membimbing para santri untuk menjadi generasi berakhlak mulia dan berwawasan luas. Oleh karena itu, jangan takut belajar di pondok pesantren karena menjadi santri itu keren.
Penulis: Ajie Prasetya
Editor: Irfan Fauzi