Ustad Syarwani Rahab jelaskan hikmah yang dapat diambil para santri dari peristiwa Isra’ Mi’raj yang dialami Nabi Muhammad. Penjelasan itu disampaikannya dalam peringatan Isra’ Mi’raj yang diselenggarakan Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek L di Musholla Al-Mubarok, pada kamis (16-02) malam.
Menurut Pak Syarwani, acara-acara yang diselenggarakan dalam tradisi pesantren selalu mengandung kisah-kisah yang mengandung banyak hikmah. Mulai dari haul, manaqib, maulid diba’, hingga peringatan Isra’ Mi’raj. “Jadi acara apapun, tujuannya sebenarnya sama, yaitu untuk meningkatkan keimanan kita,” tutur Pak Syarwani.
Seperti tertulis dalam kitab Nurul Yaqin, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan Nabi ke Masjid al-Aqsa menuju Sidratul Muntaha. Peristiwa Isra’ Mi’raj memang tidak bisa melulu dianalisa dengan akal, dan juga harus dibaca dengan landasan iman. Apalagi dalam Al-Quran, Isra’ Mi’raj diceritakan diawali dengan lafaz tasbih, “subhana”. Sementara menurut ulama tafsir, ayat yang diawali lafaz “Subhana” berarti menceritakan peristiwa besar.
Meski demikian, menurut Pak Syarwani, banyak ibrah yang bisa dipetik dari peristiwa Isra’ Mi’raj. Salah satunya tentang apa yang mesti dipersiapkan para santri sebelum mengarungi perjalanan keilmuan.
Diceritakan dalam sejarah, bahwa sebelum melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj, dada Rasulullah dibelah malaikat sebanyak empat kali. Di situ, malaikat kemudian mengisinya dengan 6 hal: kebijaksanaan (hikmah), iman, ilmu pengetahuan, al-yaqin, kelembutan (al-hilm), dan Islam.
Dari sini, menurut Pak Syarwani, ada pelajaran bahwa santri yang akan melakukan perjalanan mestinya mengisi jiwanya dengan keenam hal tersebut. Karena perjalanan seorang santri adalah perjalanan keilmuan yang jauh, dilakukan sepanjang hayat, dan dirintangi dengan banyak tantangan di jalan. Apalagi di masa sekarang begitu banyak godaan. Ustaz Syarwani mengingatkan, bahwa “Media Sosial, Handphone, ini mengganggu deresan Al-Qur’an saya tidak ya?”.
Oleh karena itu, keenam hal tersebut bisa digembleng untuk diri sendiri. Nantinya jika sudah keluar dari “gerbang”, kata Pak Syarwani, godaan dari kanan, kiri, depan, belakang itu pasti ada. “Kalau kita kosong ilmu, kita tergerus zaman. Jika ada enam hal itu, insyaallah aman,” tutur Pak Syarwani.
Peringatan Isra’ Mi’raj malam itu juga digunakan untuk melantik beberapa pengurus baru. Mereka menggantikan pengurus lama untuk melanjutkan kepengurusan sebelumnya (2022-2024). Acara juga dihadiri para santri dan beberapa ustaz Madrasah Diniyah Salafiyah 4, dan ditutup doa oleh KH. Muhammad Munawwar Ahmad.
Penulis : Ahmad Zamzama NH.
Editor : Fahri Reza