Rabiul awal merupakan salah satu bulan di kalender Hijriyah yang dinantikan oleh berbagai umat islam. Dalam periode bulan ketiga dalam penanggalan tersebut, terdapat peristiwa besar yang terjadi yaitu kelahiran baginda Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw merupakan sosok yang dikenal sangat mencintai umatnya. Mahsyur sudah sebuah riwayat ketika Rasulullah sedang sakaratul maut, beliau masih memperhatikan umatnya, ‘’ummati, ummati, ummati.’’ Sikap welas asih yang dimiliki beliau kepada umat muslim bahkan sesama manusia menjadikannya sebagai figur yang sangat didambakan kehadirannya oleh kita sebagai umatnya.
Terutama di bulan maulid, gema sholawat sudah terdengar di berbagai penjuru. Pembacaan Ad-diba’, Al Barzanji, Simtudduror, dan berbagai kitab maulid lain terlaksana meriah di berbagai majelis, masjid, mushola, pondok pesantren hingga tempat-tempat lainnya. Semua dilakukan sebab mahabah yang luar biasa dari para umat beliau.
Banyak sebenarnya tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw di berbagai penjuru di Indonesia. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk suka cita terhadap kelahiran beliau. Namun, kedatangan pandemi dalam dua tahun terakhir membuat banyak tradisi perayaan tertunda. Untuk itu, tulisan ini diharap bisa menghidupkan kembali ingatan tentang tradisi tersebut, supaya gegap gempita bulan maulid makin bertambah.
Beberapa tradisi perayaan maulid yang terkenal di Indonesia, diantaranya:
Pertama, Grebeg Maulud. Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Yogyakarta ini sangat terkenal. Dalam perayaannya diawali dengan upacara parade prajurit Keraton yang keluar lengkap dengan senjata khusus, panji, serta alat musik. Pada akhir parade, Gunungan menjadi ciri khas dalam upacara Grebeg dibawa keluar. Gunungan yang dibawa tadi biasanya berisi berbagai hasil bumi yang menjadi simbol kemakmuran Keraton Yogyakarta. Gunungan akan dibawa menuju Alun-alun utara dan akan didoakan di Masjid Gedhe Kauman. Lalu Gunungan tersebut dibawa keluar dan diperebutkan oleh masyarakat yang menonton acara. Mereka berebut makanan sebab percaya berkah yang ada di dalam gunungan tersebut.
Kedua, Baayun Maulid. Tradisi kegiatan biasanya dilakukan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dalam kegiatan ini, mereka mengayun anak (bayi) sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya dilantunkan juga syair-syair salawat Nabi serta doa-doa, agar kelak nanti sang anak tumbuh dengan harapan dan keinginan orang tuanya.
Dalam Baayun Maulid juga, biasanya ada Makan Batalam atau makan bersama satu wadah besar (talam). Dalam satu wadah ada berbagai macam makanan baik ikan, sayur, buah, kue-kue dan sebagainnya dimakan beberapa orang pula. Keakraban dan kebersamaan warga terlihat dalam tradisi makan betalam tersebut.
Ketiga, Muludhen. Perayaan ini merupakan tradisi dari Madura, Jawa Timur. Dalam kegiatannya, acara dilaksanakan dengan pembacaan kitab maulid Al-Barzanji tepat pada 12 Rabiul Awal. Masyarakat secara beramai-ramai ke masjid merayakan hari kelahiran Rasulullah. Disusul para perempuan biasanya datang ke masjid atau musala dengan membawa talam yang di atasnya berisi tumpeng. Di sekeliling tumpeng tersebut dipenuhi beragam buah yang ditusuk dengan lidi dan dilekatkan kepada tumpeng. Buah-buah itu misalnya salak, apel, anggur, rambutan, jeruk, dan lainnya. Di luar Maulid Agung yang dirayakan 12 Rabiul Awal, masyarakat masih merayakannya di rumah masing-masing. Tentu tidak semua, hanya mereka yang memiliki kemampuan dan kemauan saja.
Keempat, Bungo Lado. Kegiatan ini merupakan tradisi maulid nabi yang diselenggarakan di daerah Padang Pariaman, Sumatera Barat. Pada perayaan atau tradisi perayaan maulid nabi ini dilakukan dengan cara membuat semacam pohon hias yang dihiasi oleh uang-uang kertas. Masyarakat satu dengan lainnya bahu-membahu melakukan iuran yang diketuai oleh para ketua pemuda atau dikenal Karang Taruna. Kapalo mudo atau ketua pemuda akan memberitahukan masyarakat yang ingin mendonasikan uang guna melakukan perayaan Bungo Lado. Uang-uang tersebut dikumpulkan di tempat-tempat keramaian atau strategis seperti pos ronda hingga warung milik warga.
Setelah uang terkumpul, kapalo mudo kemudian berkoordinasi dengan perwakilan masyarakat untuk mencari dan menghias ranting-ranting pohon dan mendekorasi pohon itu menjadi sebuah pohon uang. Ranting-ranting dihias dengan kertas warna dan ditempeli uang hasil sumbangan warga. Uang yang terkumpul bisa mencapai jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Lalu, pohon dibawa menujuu masjid. Kemudian uang yang terkumpul disumbangkan kepada masjid guna menjadi dana kegiatan keagamaan. Biasanya setelah acara bungo lado selesai, masyarakat melakukan makan bersama hasil masakan mereka Kegiatan ini bernama jamba.
Melihat beberapa perayaan di atas, tentunya semua sangat merindukan momen itu. Berbagai perayaan maulid menjadi bentuk nyata bahwa akulturasi antara agama dan budaya terjalin dengan baik di Indonesia. Semoga pandemi segera berakhir agar kita semua tetap bisa melihat dan melestarikan berbagai tradisi yang ada terlebih dalam merayakan hari kelahiran Rasulullah Muhammad Saw.