Pada malam Ahad lalu (15 Ramadhan), memasuki akhir pengajian kitab Ayyuhal Walad. Romo Yai Munawwar mereview kembali beberapa pembahasan yang telah disampaikan. Terutama poin wajib seorang santri sebelum mencari guru. Ada empat poin yang harus dilakukan santri dalam menuju pencarian tersebut.
Pertama, menata hati. Kedua, melakukan Taubat Nasuha. Ketiga, tidak mempunyai musuh. Lalu terakhir, adalah ilmunya digunakan untuk ibadah kepada Allah Swt. Tatkala menyinggung poin kedua, Taubat Nasuha, beliau menjelaskan ternyata dalam beberapa kitab terdapat sebuah cerita di balik kata Nasuha. Dalam beberapa riwayat, Nasuha merupakan sebuah nama dari sosok laki-laki bernama Nasuh.
“Nasuh adalah sosok laki-laki di zaman Bani Israil,” Romo Yai membuka cerita.
Disebutkan bahwa Nasuh merupakan seseorang pendosa. Dirinya merupakan sosok yang sudah melakukan molimo. Dalam tradisi jawa, Molimo adalah tidak mau melakukan lima perkara yang dilarang. Lima perkara tersebut adalah “Emoh Main” (tidak mau berjudi), “Emoh Ngumbi” (tidak mau minum yang memabukkan), “Emoh Madat” (tidak mau mengisap candu atau ganja), “Emoh Maling” (tidak mau mencuri atau kolusi), dan “Emoh Madon” (tidak mau berzina). Nasuh sudah melanggar semua perkara molimo ini.
Pada suatu hari, Nasuh merasakan penyesalan yang mendalam. Dirinya takut dan merasa berdosa sehingga ingin meminta ampunan kepada Allah Swt. Dirinya melakukan berbagai ibadah termasuk tahajud, sembari berdoa dalam rangka meminta ampunan kepada Allah. Tanpa disadari, ketika Nasuh sedang berada di sebuah padang pasir ternyata ada sebuah suara misterius.
“Dirimu sudah diampuni, menengoklah ke kanan.”
Suara tersebut terdengar jelas, Nasuh pun akhirnya menengok ke kanan dan melihat ada dua ekor domba di sana. Nasuh tanpa ragu, mengambil dua hewan tersebut. Hewan tersebut kemudian dipelihara olehnya sampai melahirkan domba-domba yang banyak sekali. Bahkan, dirinya mampu berbisnis dengan baik sehingga bisa mengekspansi ke bisnis hewan lain yaitu, Unta. Nasuh pun akhirnya sangat bergelimangan harta, tidak seperti dirinya di masa lalu.
Pasca puluhan tahun semenjak peristiwa itu, Allah ingin menguji kembali kesungguhan taubat dari Nasuh. Diutuslah sosok Malaikat untuk menguji Nasuh. Malaikat tersebut menyamar sebagai seorang tamu ke rumah Nasuh. Ketika didatangi tamu, Nasuh girang bukan main. Hal ini seperti kesehariannya yang sangat welcome terhadap tamu yang datang ke rumahnya. Nasuh menerima dengan hangat sembari menyajikan berbagai hidangan kepada malaikat yang menyamar tersebut.
Si tamu tidak hanya menginap satu-dua hari, namun selama beberapa hari. Hidangan yang sudah disajikan tidak disentuh sama sekali dalam beberapa hari. Tentunya jika dinalar sang tamu merupakan Malaikat dan dalam sifat malaikat tidak memiliki nafsu (tidak makan dan minum). Hal ini membuat Nasuh curiga. Lantas dirinya bertanya pada sang tamu,
“Tuan. Mengapa hidangan ini tidak dikonsumi oleh Anda?”
“Aku sedang tidak ingin makan,” jawab sang tamu.
“Lalu, tujuan Anda datang ke rumah saya dan menginap berhari-hari apa ya, Tuan?” Nasuh bertanya kembali.
“Keberadaan saya di sini yaitu sedang mencari domba saya yang hilang puluhan tahun lalu, hilangnya sih di daerah sekitar sini,” Si tamu menjawab dengan tegas.
Mendengar ucapan tamunya, Nasuh merasa bahwa itu mungkin saja adalah hewan yang ditemukannya dahulu. Dirinya kemudian memberitahukan keadaannya dan mengembalikan hewan tersebut kepada si tamu. Tidak hanya itu, singkat cerita sang tamu meminta seluruh harta dari hasil usaha yang bermula dari dua hewan ‘miliknya’. Penyerahan seluruh harta menjadikan Nasuh menjadi miskin dan kembali memakai baju compang-camping seperti dahulu.
Namun, tidak seperti manusia pada umumnya. Nasuh tetap ikhlas dan tabah menerima semua. Tanpa dendam, sembari tersenyum dia melanjutkan hidupnya. Sang Malaikat yang menyamar kemudian melaporkan kepada Allah tentang sikap Nasuh. Ternyata Nasuh berhasil menghadapi ujian yang diberikan Allah. Kemudian, Allah meminta malaikat untuk menyampaikan bahwa taubat dirinya diterima dan Nasuh diberikan 10 rahmat oleh Allah.
Pasca perintah dari-Nya, Malaikat kembali menemui Nasuh. Si Malaikat datang dengan wujud aslinya. Kemudian, semua hal yang diminta pada waktu lalu dikembalikan kepada Nasuh. Lalu, Malaikat menyampaikan pesan dari Allah tentang taubatnya yang sudah diterima serta adanya bonus berupa 10 rahmat yang diberikan Allah (7 di akhirat, 3 rahmat diberikan di dunia).
Dari tiga rahmat tersebut, lalu Malaikat bertanya,
“Hai, Nasuh. Apa tiga permintaan yang kamu inginkan?”
“Aku tidak meminta apa-apa. Aku senang dengan semuanya, terutama taubatku sudah diterima,” Jawab singkat oleh Nasuh.
Lalu, malaikat bertanya sekali lagi.
“Lalu kamu ingin meminta apa lagi?”
Dikarenakan pertanyaan yang datang kembali, Nasuh pun menjawab.
“Aku meminta saja supaya namaku diabadikan dalam berbagai kitab-kitab Allah,” Pungkas jawaban Nasuh.
Dari permintaannya itu, akhirnya kita bisa menemui nama Nasuh di berbagai literatur kitab Allah mulai dari Taurat, Zabur, Injil, dan Al Qur’an. Allah menepati janji-Nya kepada hambanya. Nasuh menjadi bukti bahwa seorang pendosa pun bisa dekat dengan Tuhannya asal mampu menghentikan berbagai kemaksiatan dan kembali berpegang peguh dalam ketaatan. Semoga hal ini menjadi motivasi kita dalam perjalanan hidup yang tentunya tidak lepas dari dosa.
Wallahu A’lam.