Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Peringati Haul ke-84, Kiai Muslim Minta Para Santri Serius dan Bangga Menjadi Santri Krapyak

KH. Muhammad Munawwir
KH. Muslim Nawawi

Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek L menyelenggarakan majelis haul KH. Muhammad Munawwir ke-84 di Musholla al-Mubarok, pada Selasa (03/01). Acara dimulai dari bakda maghrib, diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci al-Quran oleh Ust. M. Isnaini, dan dilanjutkan tahlil, doa, sekaligus mauizah hasanah oleh KH. Muslim Nawawi.

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Muslim menyampaikan bahwa para santri perlu untuk sungguh-sungguh dalam mencari ilmu di pesantren Krapyak, utamanya di Komplek L. Karena belajar di Krapyak merupakan anugerah dan sanad keilmuan di Krapyak sudah sangat jelas.

“Dari Mbah Ahmad, kita menyambung ke Mbah Abdul Qodir kemudian menyambung ke MbahMunawwir,” ungkap cucu Simbah Kiai Munawwir tersebut.

Selain itu, menurut Kiai Muslim, menempati Komplek L termasuk sebuah keberuntungan. Karena di sana pernah hidup orang-orang besar.

Komplek L dulu diasuh oleh Mbah Ahmad. Kiai Muslim pernah mendengar dari ibunya, bahwa Mbah Ahmad sewaktu kecil meskipun belum bisa membaca al-Quran namun telah hafal 5 juz. Dan Mbah Ahmad saat itu juga kerap menangis karena libur ngajinya . Hal ini menandakan seberapa semangat gigihnya mbah Mad dalam mengaji.

Kemudian, Mbah Ahmad punya saudari bernama Nyai Zuhriyyah. Menurut Kiai Muslim, riyadhah Nyai Zuhriyyah adalah mengkhatamkan Al Quran dalam waktu sehari khatam selama tiga tahun. Bahkan terkadang sampai 35 juz dalam sehari, karena masih ada sisa waktu untuk menunggu maghrib.

Di atasnya, Mbah Ahmad dan Nyai Zuhriyyah memiliki ibunda bernama Nyai Khadijah, putri dari Kiai Hasbullah Kanggotan yang menjadi istri Simbah Munawwir ke-5. Selain kedua orang tersebut, pasangan Simbah Munawwir-Nyai Khadijah juga memiliki putri bernama Nyai Walidah.

“Semuanya (ketiga kakak-beradik tersebut) menjadi ahlil quran sebelum baligh di bawah asuhan simbah Abul Qodir,” cerita Kiai Muslim.

Kiai Muslim mengatakan, menukil riwayat dari Kiai Aniq Kudus, bahwa pernikahan yang paling berkah adalah pernikahan antara Mbah Munawwir dengan Mbah Khadijah tersebut. Karena pernikahan tersebut tak lepas dari ketakziman seorang murid kepada gurunya. Ceritanya, suatu ketika Khadijah diajak oleh ayahnya, Kiai Hasbullah Kanggotan, untuk sowan ke Mbah Munawwir. Lalu Mbah Munawwir bertanya, “siapa itu anak yang membawa beras?” Kiai Hasbullah menjawab bahwa dia adalah putri, lalu menawarkannya dan beliau akan senang jika putrinya dipersunting.Padahal saat itu Mbah Munawwir hanya bertanya siapa anak itu.

“Cerita-cerita ini mutawatir ya. Rowahu Muslim,” kelakar pengasuh Pesantren An-Nur Ngrukem tersebut.

“Semoga kita semuanya diakui menjadi santrinya Mbah Munawwir fi ad-dunya wa al-akhirah dan semoga kita juga dikumpulkan bersama guru-guru kita, walaupun  tidak langsung mengaji dengan Mbah Munawwir.”

Reporter : Syafiq Latif

Editor : Ahmad Zamzama NH.

Leave a Comment